Buka penerbangan ke Arab Saudi, ini yang harus disiapkan RI

Selasa, 13 Oktober 2020 | 20:01 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Rencana pemerintah Indonesia membuka jalur hijau resiprokal bersama dengan Singapura juga mulai diikuti dengan negara lainnya seperti Arab Saudi, sehingga bisa menjadi sinyal positif kembali dibukanya penerbangan lintas negara-negara mitra kendati masih sebatas kesepakatan.

Pemerhati penerbangan yang juga anggota Ombudsman RI Alvin Lie mengatakan, terkait dengan pembukaan jalur khusus ini, Kementerian Luar Negeri masih menyusun detail aturan dan kriterianya kembali karena saat ini baru menjadi kesepakatan umum. Prioritas utamanya juga bukanlah sembarang bisnis, tetapi bisnis penting dan kunjungan resmi pejabat.

Tak hanya itu, kata Alvin, termasuk juga prosedur protokol kesehatan yang mesti dijalankan. Selain Singapura dan Arab Saudi, Jepang juga sebetulnya juga mulai mengikuti pola tersebut, tetapi Indonesia tidak masuk dalam daftarnya.

"Pada prinsipnya semua negara ingin membuka kembali gerbang negaranya untuk warga negara sahabat, tetapi harus berhati-hati agar tidak menjadi celah meluasnya penularan Covid-19. Ini sebagai langkah positif ada niat negara untuk memulai buka perbatasannya secara bertahap," jelasnya, Senin (12/10/2020).

Alvin berharap, kesepakatan ini dapat terealisasi, sehingga Indonesia juga bisa secara perlahan dan bertahap membuka gerbang perbatasannya. Selanjutnya pemerintah pun perlu merevisi Permenkumham No. 11/2020 tentang Pelarangan Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia.

Sementara itu, pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (JAPRI) Gerry Soedjatman mengatakan pembukaan rute penrbangan ke Arab Saudi menjadi menarik karena mayoritas pasarnya adalah wisata rohani. Destinasi utamanya adalah Mekkah dan Medinah sebagai titik berkumpulnya masyarakat dari seluruh dunia. Di sisi lain, dia juga menilai memang adanya kebutuhan kegiatan yang menghubungkan antara Indonesia dan Singapura.

"Dari segi airport health procedures sih saya rasa kita siap-siap saja untuk keberangkatan, tetapi faktor yang harus dipertimbangkan tidak hanya itu saja," ujarnya.

Menurutnya, dalam tahap pelaksanaan pembukaan wilayah memerlukan adanya langkah pengukuran kesehatan yang tepat dari sisi keberangkatan dan kedatangan. Semestinya prosedur dan persyaratannya pasti akan jauh berbeda dengan syarat keberangkatan yang selama ini diterapkan bagi rute domestik di Indonesia.

Ke depannya, Gerry mengharapkan adanya penyelarasan standar kebutuhan masing-masing negara.

Dia berpendapat, sebagai negara yang tidak melakukan lockdown, jumlah kasus per juta penduduk di Indonesia memang tidak terlalu bagus tetapi juga tidak terlampau buruk.

Namun, memang pembukaan harus dilakukan secara bertahap, mengingat Indonesia dan Singapura sama-sama menutup perbatasan bagi WNA. Pelonggaran bertahap diperlukan, khususnya bagi keperluan bisnis dan perdagangan. kbc10

Bagikan artikel ini: