Menteri Airlangga klaim 143 perusahaan dari 5 negara siap relokasi bisnis ke Indonesia

Rabu, 16 September 2020 | 14:06 WIB ET
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto

JAKARTA, kabarbisnis.com: Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, sebanyak 143 perusahaan memiliki rencana merelokasi bisnis ke Indonesia. Perusahaan tersebut terdiri dari 5 negara dengan potensi penyerapan tenaga kerja sebanyak 300 ribu.

"Saat ini terdapat 143 perusahaan yang memiliki rencana relokasi investasi ke Indonesia. Di antaranya dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, China atau Tiongkok dengan potensi penyerapan tenaga kerja lebih dari 300 ribu," ujar Airlangga, Jakarta, Rabu (16/9/2020).

Airlangga mengatakan, pandemi Covid-19 dimulai dari China, yang merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. China merupakan negara importir sekaligus eksportir utama bagi banyak negara.

"Kebijakan yang diambil China untuk menekan penyebaran Virus Covid-19 menyebabkan global supply chain terguncang hebat. Operasi bisnis dalam skala global terhambat dan pendapatan menurun," kata Airlangga.

Dia bilang, pandemi ini telah memberikan pelajaran berharga bahwa rantai pasok barang tidak dapat terpusat di satu negara karena terlalu berisiko. Untuk itu, banyak perusahaan multinasional yang mulai merelokasikan industrinya dari China ke negara asia lain terutama di kawasan asean.

"Hal ini dapat jadi kesempatan bagi Indonesia untuk menggantikan posisi China sebagai tujuan investasi dari hub rantai pasok global baru," jelas Airlangga.

Mantan Menteri Perindustrian tersebut menambahkan, pemerintah sangat menyadari, pada 2020 risiko ketidakpastian masih sangat tinggi. Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan baik eksternal dan internal.

"Dari sisi eksternal, ketidakpastian global yang berakar pada pandemi Covid kondisinya mengakibatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang masih buruk. IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi negatif 4,9 persen pada laporan WEF Juni," tandasnya. kbc11

Bagikan artikel ini: