Saatnya generasi milenial jadi frontliner pengembangan industri sawit nasional

Sabtu, 15 Agustus 2020 | 19:14 WIB ET

JAKARTA: Pemerintah terus menegaskan komitmennya dalam membangun kemandirian energi sebagai fondasi Bangsa Indonesia di masa mendatang. Dalam pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan MPR, misalnya, Presiden Joko Widodo kembali menyatakan bahwa Indonesia kini telah berhasil memproduksi dan menggunakan energi biodiesel 20 persen (B20) dan kini tengah berupaya meningkatkannya menjadi 30 persen (B30). Tak hanya itu, Indonesia kini juga telah mampu memproduksi bahan bakal diesel yang 100 persen bahan bakunya dari minyak kelapa sawit (D100). Dengan kapasitas produksi 20.000 barel per hari, Presiden Jokowi pun meyakini minimal satu juta ton sakit tt bakal terserap dalam setiap proses produksinya. “Belum lagi dalam hal sosial kemasyarakatan, industri sawit sangat membantu dalam upaya peanggulangan kemiskinan. Data kami mencatat hingga saat ini ada setidaknya 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung yang menggantungkan hidupnya di industri sawit nasional. Di dalamnya, ada sekitar 2,4 juta petani swadaya yang terlibat, dan secara total 4,6 juta pekerja lain yang masuk dalam ekosistem sawit di Indonesia,” ujar Direktur Penghimpunan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Sunari, dalam diskusi virtual bertajuk Digitalk Sawit, Jumat (14/8/2020).

Besarnya manfaat serta sumbangsih industri saawit terhadap perekonomian nasional tersebut, menurut Sunari, sudah seharusnya disampaikan secara massif ke masyarakat, terutama generasi muda, khususnya di kalangan milenial.

Penyampaian informasi itu penting guna mengcounter berbagai berita miring tentang industri sawit yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang merasa terancam Ketika nantinya Indonesia benar-benar dapat mencukupi kebutuhan energinya secara mandiri. “Dengan begitu impor minyak kita bakal bisa ditekan, atau bahkan bisa sama sekali tidak impor lagi karena kita sudah bisa mencukupi kebutuhan energi dalam negeri secara mandiri. Nah, kondisi ini harus dipahami betul oleh kalangan milenial, karena mereka bisa dibilang adalah penggerak atau frontliner bagi pengembangan industry sawit nasional di masa mendatang,” tutur Sunari.

Untuk penyelenggaraan Digitalk Sawit kali ini, dijelaskan Sunari, merupakan gelaran lanjutan yang segaja difokuskan untuk masyarakat muda di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Dalam gelaran kali ini, hadir pula Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi, dan juga Chief Executive Officer (CEO) and Chief Editor Warta Ekonomi, Muhamad Ihsan. Sebelumnya, acara Digitalk juga digelar dengan berfokus pada generasi muda di wilayah-wilayah lain, seperti Sumatera dan juga Kalimantan. Dengan sengaja digelar dari kota ke kota secara bergiliran, diharapkan juga bakal semakin banyak lagi kalangan milenial yang bisa dirangkul dalam kampanye positif soal industri sawit. “Terakhir, dengan adanya rangkaian acara Digitalk ini, diharapkan dapat mengajak generasi milenial ikut bangga terhadap upaya pemandirian energi lewat pengembangan industri sawit nasional. Selain itu juga dengan pemahaman yang benar, milenial Indonesia dapat ikut mengcounter balik serangan berupa kampanye yang selama ini masih kerap menimpa industri sawit nasional,” tegas Sunari. kbc 10

Bagikan artikel ini: