Drakor dan K-Pop pun tak mampu selamatkan Korsel dari jurang resesi

Kamis, 23 Juli 2020 | 19:17 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Ekonomi Korea Selatan secara resmi melaporkan terjun ke jurang resesi pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir. Negeri Gingseng tersebut dihantam resesi dari dampak pembatasan pergerakan akibat pandemi Covid-19 sehingga berpengaruh besar pada kegiatan ekonomi dan permintaan global. 

Bank Sentral Korea Selatan menyebutkan Produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan sebesar 3,3% pada kuartal II atau periode April-Juni dibandingkan periode kuartal sebelumnya terkontraksi sebesar 1,3%.

Ekonomi Korea Selatan sebelum ada pandemi Covid-19 tampak baik-baik saja. Salah satu industri yang menopang ekonomi negara tersebut adalah musik dan film yang sering disebut dengan K-Pop dan K-Drama alias drakor.

Selain itu, sektor teknologi dan ekspor juga kerap menyumbang pertumbuhan ekonomi Korea Selatan. Namun, Korea Selatan kini terjerembab ke jurang resesi lantaran aktivitas ekspornya anjlok.

Nilai ekspor Korea Selatan anjlok 16,6 persen atau menjadi yang terparah sejak 1963 silam. Sementara, impornya turun 7,4 persen.

Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat justru terlihat naik 1,4 persen. Salah satu bentuk konsumsi masyarakat Korea Selatan adalah membeli barang tahan lama, seperti mobil dan peralatan rumah tangga.

"Ekonomi Korea Selatan telah turun sejak 2017 dan guncangan virus corona mempercepat perlambatan ekonomi," tutur Direktur Bank of Korea Park Yang-Soo seperti dikutip dari Asia Nikkei, Kamis (23/7/2020).

Menteri Keuangan Korea Selatan Hong Nam-Ki menyatakan kegiatan ekonomi global yang ditutup akibat pandemi virus corona telah melumpuhkan jalur produksi luar negeri Korea Selatan ke Vietnam dan India. Tak heran, ekspor negara tersebut susut cukup dalam.

Resesi juga terjadi sejalan dengan rencana Presiden Korea Selatan Moon Jae-In menaikkan pajak properti dan penjualan untuk menekan harga rumah, terutama di Seoul. Hal ini membatasi ruang gerak Bank of Korea untuk melonggarkan kebijakan perbankan.

Padahal, Gubernur Bank of Korea Lee Ju-Yeoul mengatakan pentingnya memberikan aliran likuiditas ke sektor-sektor produktif. Hal itu akan membantu dunia usaha kembali beroperasi.

"Yang paling penting adalah kami memiliki banyak tempat produktif yang dapat menarik investasi," pungkasnya. kbc10

Bagikan artikel ini: