Produktivitas kunci kecukupan pemenuhan protein hewani nasional

Rabu, 23 Januari 2019 | 22:31 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kata kunci kecukupan pemenuhan protein hewani nasional secara berkesinambungan dapat diraih hanya dengan meningkatkan produktivitas hasil ternak. Bukan menggantungkan dengan impor.

“Satu-satunya yang kita harus dorong adalah produktivitas ternak nasional, kalau itu terjadi kita dapat memenuhi demand yang saat ini cukup riskan apabila melihat pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Nah ,sarjana –sarjana peternakan ada disitu (berkontribusi red),” ujar Didiek Purwanto selaku Ketua Umum terpilih pada pelantikan kepengurusan Ikatan Sarana Peternakan Indonesia (ISPI) periode 2018-2022 di Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Didiek mengingatkan indikator tercukupinya kebutuhan protein hewani masyarakat bukan dari harga produk ternak. Dengan meningkatnya produktivitas hasil ternak maka dengan sendiri ketersediaan pasokan daging juga akan tercukupi dan gilirannya harga produk ternak yang diterima masyarakat akan lebih murah. Adapun saat ini, potensi konsumsi daging masyarakat masih terus didorong, mengingat  dibandingkan dengan negara lain masih lebih rendah.

Mengutip data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, kebutuhan konsumsi daging nasional tahun 2018 sebesar 662.540 ton . Dengan hitungan konsumsi per kapita untuk daging sapi atau kerbau sebesar 2,5 kilogram kg dan jumlah penduduk 265 juta jiwa.

Untuk mencukupinya,  Indonesia masih harus mengimpor produk ternak sapi dan kerbau sebesar 233.130 ton. Pasalnya, produksi sapi dalam negeri baru sebesar 429.410 ton atau 2.785.193 ekor.

Apabila berkaca berat hidup sapi Bali sebesar 200-300 kilogoram (kg) saja, sementara sapi impor dapat mencapai dua –tiga kali lipatnya. Besarnya perbedaan berat ternak sapi tersebut diantaranya profil budidaya ternak yang belum berorientasi bisnis,  manajemen kandang dan kualitas dan mutu pakan ternak.

Karenannya, Didiek berharap importasi daging kerbau yang menjadi pilihan langgeng pemerintah untuk menstabilkan harga daging sapi di pasaran.  Dia tidak menepis di sejumlah daerah seperti di Kudus, Jawa Tengah dan Sumatera Barat dan Aceh Nangroe Darussalam, masyarakat sudah familiar mengkonsumsi daging kerbau lokal.“Namun ,daging kerbau segar Bukan daging impor kerbau,” ujarnya.

Untuk itu, ISPI siap menjadi mitra pemerintah yang konstrukstif. Dengan anggota-anggotanya yang kini bukan hanya akademisi dan peternak serta pebisnis dibidang peternakan namun juga birokrat.

ISPI berkeinginan memberikan rekomendasi sekaligus mengawal kebijakan yang akan dirilis pemerintah dapat benar-benar sesuai dengan kondisi riil di lapangan.Inti dari semua itu adalah kesejahteraan peternak dan peningkatan nilai tambah di usaha peternakan nasional.

Guna meningkatkan pemenuhan konsumsi daging ternak lokal selain sapi, Direktur Perbibitan dan Produksi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Sugiono berharap Kementerian Pertanian menginiasi program  Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA). Adapun tahun 2019 , Kementan mendistribusikan 20 juta ekor unggas jenis ayam dan itik bagi 400.000 rumah tangga miskin pertanian (RTMP).”Naik 100%, dibandingkan target 2018 yang hanya 10 juta ekor, dan terealisasi 6 juta ekor dengan target 120.000 RTMP,” ujarnya.

Melalui program ini, Kementan berkeinginan menggenjot produksi ayam lokal yang jumlah populasinya baru sekitar 300 juta ekor. Bandingkan dengan populasi ayam broiler yang mencapai 62 juta ekor per pekan. “Bukan menggantikan populasi ayam broiler, tapi sama-sama naik .Kita perlu evaluasi paling tidak selama tiga tahun program BEKERJA ini,” terang Sugiono.

Masih kesempatan sama , Sekjen Kementan Syukur Iwantoro berharap ISPI Ir. Syukur Iwantoro berharap ISPI dapat menjadi katalisator agar para lulusan sarjana peternakan dapat dengan mudah memperoleh pekerjaan melalui mempertemukan lembaga sertifikasi kompetensi bagi sarjana peternakan dengan perguruan tinggi.

Disamping itu Syukur Iwantoro juga mengingatkan agar ISPI dapat menghilangkan sekat-sekat dan berkolaborasi dengan lembaga terkait untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan peternakan. Untuk itu, dia menghimbau ISPI mampu membangun koperasi , namun tujuannya bukan melulu berorientasi profit. Dengan koperasi, misalnya anggota ISPI dapat berperan konkrit memotong mata rantai niaga produk ternak sehingga konsumennya minimal anggota ISPI dapat membelinya dengan harga murah.kbc11

Bagikan artikel ini: