Incar kaum milenial untuk KPR, ini yang harus diwaspadai perbankan

Senin, 26 November 2018 | 08:03 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Dalam beberapa bulan terakhir sejumlah industri perbankan ramai-ramai mengeluarkan produk kredit pemilikan rumah (KPR) maupun kredit pemilikan apartemen (KPA) untuk anak muda atau kaum milenial.

Meski memiliki potensi pasar yang besar, namun banyak hal yang perlu diwaspadai oleh perbankan.

Menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, perbankan dan regulator tidak bisa lengah dan terlena dengan manisnya pasar properti milenial dan pembiayaannya. Semua pihak, lanjutnya, harus tetap waspada dan menjaga market ini dari serbuan para spekulan investasi.

“Harus hati-hati di segmen ini, banyak instrumen kebijakan yang bisa dilakukan, kemarin kan mengurangi LTV dan pajaknya, sekarang segmen top tier (Rp1 miliar ke atas) ini sangat lesu. Yang besar itu malah itu di segmen bawah, tetap harus dijaga tetap sehat,” tuturnya, Minggu (25/11/2018).

Dia mencontohkan, di China saat ini terdapat lebih dari 50 juta apartemen, atau 22% dari apartemen yang ada tidak berpenghuni. Kekosongan tersebut disebabkan oleh aksi para spekulan yang membeli hunian tersebut dengan tujuan investasi.

Kondisi tersebut berimbas pada calon pembeli rumah pertama. Mereka tidak memiliki kemampuan finansial untuk membeli hunian tersebut dari para pemiliknya karena harga sudah melambung tinggi. Akhirnya, banyak muda-mudi di negeri tersebut yang masih tinggal di rumah mertua atau orang tuanya.

“Kebijakan kemarin sudah sangat bagus kemarin, LTV diturunkan, properti ini bahayanya kalau dia booming, jadi bubble, kalau kolaps itu pulihnya lama sekali. Memang mereka, pengembang, harusnya juga sadar,” ujarnya.

Consumer Loan Group Head Bank Mandiri, Ignatius Susatyo tidak menyangkal saat ini cukup banyak spekulan yang memanfaatkan pasar milenial untuk berinvestasi. Namun, menurutnya saat ini jumlahnya tidak terlalu banyak dan mereka lebih diarahkan untuk membeli properti non-hunian seperti rumah toko.

Banyaknya spekulan yang tertarik masuk ke pasar tersebut tak terlepas dari tren yang terjadi di sektor properti dan pembiayaannya yang mulai menyasar segmen rumah untuk kelas menengah, khususnya dengan harga di bawah Rp800 juta.

Dia menuturkan, saat ini permintaan KPR untuk hunian dengan harga di atas Rp1 miliar mengalami penurunan pemintaan sampai dengan 30%. Di sisi lain, segmen hunian di bawah harga tersebut meningkat sampai dengan 200%.

Kondisi ini menurutnya membuat banyak bank mulai bergeser ke segmen KPR milenial, terutama untuk pembeli rumah pertama. Para pengembang top di Tanah Air pun, menurutnya mulai menyadari kondisi ini dan mulai membangun hunian untuk segmen tersebut.

“Semua developer mulai bergeser ke arah yang sama, Ciputra, Sinarmas, Sumarecon, Paramount, grupnya Jaya semua buat rumah di bawah Rp1 miliar. Semua proyek baru mereka, karena mereka melihat pasarnya ada di sana,” jelasnya. kbc10

Bagikan artikel ini: