Go-Jek luncurkan #UdahWaktunya, kampanye bebas stres akibat macet

Sabtu, 20 Oktober 2018 | 00:15 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Rata-rata masyarakat Indonesia yang memanfaatkan kendaraan pribadi menghabiskan waktu hingga 4 jam per hari di jalan akibat kemacetan. Ini hasil survei internal yang dilakukan GO-JEK kepada lebih dari 1.000 responden di 8 kota besar di Indonesia. Waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal yang lebih produktif. Fakta tersebut yang mendasari GO-JEK sebagai pelopor penyedia layanan ride-hailing di Indonesia meluncurkan kampanye #UdahWaktunya.

VP Marketing Transport GO-JEK Monita Moerdani mengatakan, lamanya waktu yang dihabiskan di jalan akibat menyetir dan menggunakan kendaraan pribadi bisa menyebabkan masyarakat tidak produktif. Waktu tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk bersama keluarga, teman, beristirahat atau melakukan hobi. 

“Data kami menunjukkan, bila masyarakat menggunakan layanan ride-hailing mereka bisa hemat waktu. Contohnya, masyarakat Surabaya bisa hemat hingga 45% waktu perjalanan dengan memanfaatkan GO-RIDE. Sedangkan, yang memanfaatkan layanan roda empat bisa melakukan kegiatan lainnya sambil menunggu macet,” ujarnya.

Menurut Monita, banyak konsumen atau pengguna kendaraan pribadi tidak memperhitungkan waktu macet dan cari parkir dalam rencana perjalanan mereka.

“Dari hasil survei kami, kedua aktivitas ini lumayan menghabiskan waktu perjalanan. Apalagi, bila konsumen membawa kendaraan pribadi. Dengan kampanye #UdahWaktunya, kami mengajak masyarakat untuk berpindah dari kendaraan pribadi ke layanan ride-hailing dari GO-JEK, karena ini udah waktunya masyarakat tidak terhambat macet.”

Pernyataan yang sama disampaikan Psikolog Klinis dari Universitas Indonesia Dessy Ilsanty. Masyarakat urban usia produktif yang biasa membawa kendaraan pribadi dan terjebak macet, memiliki tekanan dari lingkungan misalnya harus berada di suatu tempat pada waktu yang ditentukan. Sedangkan dia masih berada di tempat yang kurang lebih sama akibat macet, sehingga memunculkan persepsi bahwa kondisi dirinya tidak dapat memenuhi tuntutan yang ada yakni tidak bisa tiba di waktu yang diharapkan. Hal ini lah yang akan memunculkan stress,” kata Dessy.

Sebagai contoh pada pekerja kantoran, terjadinya stress ini akan berpengaruh pada kinerjanya dalam menjalankan pekerjaan, lanjut Dessy. “Nantinya seseorang yang terlalu lama menyetir dalam kemacetan akan mengalami gejala psikis negatif seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi, serta mudah terdistraksi,” tambahnya. 

 

 

Monita juga mengatakan, layanan ride-hailing dari GO-JEK  memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih fleksibel, terjangkau, dan dapat diandalkan. “Dalam kampanye ini kami juga meluncurkan fitur inovatif edit destination, di mana pelanggan bisa dengan mudah mengganti tujuan mereka lewat aplikasi ketika berkendara dengan GO-CAR tanpa perlu membatalkan orderan. Misalnya, saat konsumen di tengah perjalanan tiba-tiba perlu menuju ke arah yang berbeda dari tujuan yang telah diinput, konsumen tinggal menekan tombol edit destination dan langsung mengubah tempat akhir dari perjalanan.” 

Khusus di Surabaya, para pengguna GO-CAR bisa menikmati kenyamanan berkendara yang lebih luas dan lega dengan keluarga dan kerabatnya lewat fitur GO-CAR L. “Para pengguna di Surabaya tidak perlu khawatir kalau ingin bepergian dengan jumlah orang yang banyak karena kami menyediakan fitur GO-CAR L di mana mobil yang disediakan lebih besar dan mampu memuat hingga 6 orang,” katanya.

Di sisi lain, supaya lebih ramah di kantong, GO-JEK juga menawarkan SOLUSI AMPUH berupa promo khusus lewat voucher baik untuk kode promo dan kartu diskon hingga 50%, untuk pengguna GO-RIDE dan GO-CAR yang kami sebarkan di beberapa media komunikasi di Surabaya, Jabodetabek, dan Bandung. kbc9

Bagikan artikel ini: