Ini strategi Kemenperin dukung pelaku industri kreatif

Senin, 19 Maret 2018 | 09:08 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk memberikan pembinaan kepada para kreator muda dalam negeri. Hal ini dilakukan untuk mendorong industri kreatif Indonesia.

“Kami dari industri akan membina industrinya bagaimana dia bisa memproduksi barang dengan baik kemudian sama-sama kita brandingnya. Jadi kami ada program yang nantinya brand industri,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibaningsih, akhir pekan lalu.

“Pak Triawan (Kepala Bekraf) mengurusi bagaimana menciptakan orang kreatif dan inovatif supaya mensuplai ke sektor industri. Kami yang membina bagaimana ide-ide kreatif ini bisa diciptakan atau diwujudkan dalam bentuk produk industri. Tak selesai sampai di situ,” tambah dia.

Ia menuturkan, saat ini industri tidak bisa bekerja secara sendirian. Perlu ada kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan dari hulu sampai hilir. Dengan hadir Maker Fest 2018 akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan industri di Indonesia.

"Karena apa yang namanya industri PDB kita itu nomor 5 di dunia sekarang share-nya PDB kita diperekonomian. Industri sharenya 20 persen terhadap PDB. Jadi ini memang benar benar memperlihatkan bahwa industri itu adalah motor perekonomian," kata dia.

Sebelumnya, industri Indonesia dituntut untuk mengedepankan inovasi agar produk dalam negeri memiliki nilai jual tersendiri. Apalagi Indonesia sebagai negara yang terlibat dalam perdagangan di pasar global. Salah satu hal yang ditekankan adalah dalam barang dagangan itu ialah nilai tambah lebih (added-value).

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Triawan Munaf menjelaskan, aktivitas ekspor Indonesia untuk produk mentah saat ini terbilang bagus. Akan tetapi, ia menegaskan, itu perlu dieksplor lebih jauh lagi.

"Pengusaha kita masih lemah karena belum bisa menciptakan brand tersendiri. Kita harus lebih dari itu, jangan hanya ekspor bahan mentah saja," ucap dia.

Triawan melanjutkan, total pendapatan sektor ekonomi kreatif dalam negeri saat belum maksimal lantaran pengusaha Indonesia belum mengembangkan produk yang memiliki nilai tambah. Dia juga turut memberikan perbandingan terkait ekspor biji kopi Indonesia.

Menurut dia, kopi yang bijinya berasal dari Indonesia dan lalu diolah oleh pihak luar kemudian dipasarkan kembali di pasar lokal seperti Starbucks, harganya bisa jauh lebih mahal. "Oleh karena itu, ekonomi kreatif adalah added-value, bukan komoditi," ujar Triawan. kbc10

Bagikan artikel ini: