Konsolidasi peternak keharusan, Brasil kesengsem berat pasar unggas RI

Minggu, 18 Maret 2018 | 20:41 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Konsolidasi peternak unggas baik terintegrasi maupun mandiri menjadi keharusan. Dengan begitu penguatan daya saing produk unggas dapat dilakukan untuk membendung produk unggas impor asal Brasil.

Ketua Umum Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P Utoyo menuturkan, Brasil memenangkan sidang banding dalam forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Indonesia dianggap menghambat aturan importasi ayam dan produk ayam asal Negeri Samba itu. Padahal  Brasil juga mengklaim sebagai produsen dan eksportir ayam serta ayam halal terbesar dunia.

Indonesia telah menutup akses pasar ke Indonesia selama tujuh tahun sejak 2009. Sengketa perniagaan Indonesia-Measures Concerning the Importation of Chicken Meat and Chicken Products tercatat pada nomor DS : 484.

“Brasil sangat serius memposisikan sebagai produsen sekaligus  eksportir pangan kelas dunia, sampai mengalihfungsikan kawasan hutan amazon hingga 3 juta hektare menjadi lahan pertanian dan  peternakan,” ujar Don di Jakarta dalam Tantangan dan Peluang Agribisnis 2018 di Jakarta, akhir pekan lalu.

Hingga dalam satu bulan lalu, Wakil Menteri Pertanian Brasil Eumar Roberto  Novacki menghadap Menteri Perta berkunjung ke Kementerian Pertanian.Pada kesempatan itu Eumar, kata Don menyatakan keinginannya memasukan produk unggas dan daging ternak ke Indonesia.

Namun,Amran secara diplomatis menolak secara halus keinginan Brasil karena struktur perunggasan nasional pelaku usaha  peternakan. Namun Don meyakini upaya Brasil tidak akan berhenti sampai disitu. Bagaimanapun juga Brasil akan selalu berupaya memasukan produk hasil ternaknya ke dalam negeri.

Karena itu dia menghimbau agar para peternak baik mandiri maupun integrator menyudahi perselisihan. Tidak terkecuali ‘perang dagang’ antara integrator yang menguasai struktur  pasar unggas di Tanah Air.

Dia berharap para peternak dapat berkonsolidasi diri karena persaingan pasar dometik juga menjadi incaran Brasil bahkan Amerika Serikat. Pasalnya, kapitalisasi pasar  unggas nasional mencapai Rp 450 triliun tentunya menjadi magnet negara produsen unggas lainnya. Adapun konsumsi produk ternak unggas berkontribusi 65 % dari pemenuhan konsumsi protein hewan masyarakat.

Harga eceran produk  unggas nasional dijual antara Rp  25.000-Rp  26.000 per kilogram (kg). Sementara, harga produk unggas asal Brasil sampai ke pasar dapat dijual Rp 12.000 per kg. “Kalau kita sendiri tidak bisa solid, maka pasar domestik dapat dilibas,” tegasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: