Penjualan lesu, pebisnis ritel pilih tutup gerai yang tak capai target

Jum'at, 4 Agustus 2017 | 22:35 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Menurunnya penjualan ritel akibat melemahnya daya beli masyarakat membuat pelaku usaha kelimpungan. Mereka pun melakukan langkah efisiensi, salah satunya dengan menutup gerai (outlet) yang penjualannya tidak mencapai target minimal.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, hingga saat ini, setidaknya hampir 50 gerai ritel modern yang telah ditutup. Penutupan ini khususnya dilakukan di daerah-daerah yang jumlah penduduk dan sosial ekonomi rendah.

"Kami belum mendata ulang, tapi seluruh Indonesia mungkin belum sampai 50 toko yang sudah menutup. Terutama di daerah-daerah yang demografinya rendah, yang populasinya rendah dan sosial ekonomi memang rendah," ujar dia, Jumat (4/8/2017).

Menurut Roy, saat ini gerai ritel modern masih didominasi di wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan di timur Indonesia, pengusaha ritel terpaksa menunda rencana ekspansi ke wilayah tersebut dalam kondisi seperti sekarang.

"Kalau daerah timur kita masih ekspansi. Justru di daerah-daerah barat yang memang sudah kita buka sebagai bagian kita hadir mendatangi konsumen, tapi kalau populasinya tidak signifikan, sosial ekonominya juga tidak besar itu duluan kita tutup," lanjut dia.

Roy juga mengungkapkan, untuk memutuskan penutupan sebuah outlet, pengusaha ritel biasanya melihat capaian penjualan dalam kurun waktu tertentu. Jika gerai tersebut sudah tidak mencapai target minimal yang ditentukan dan tidak ada upaya perbaikan yang bisa dilakukan, maka gerai tersebut terpaksa ditutup.

"Gerai yang sudah tidak mencapai target minimum. Kan ada target minimum dan target normal. Kalau sudah tidak tercapai target minimum, biasanya masih dipertahankan dengan berbagai macam perbaikan. Tapi kalau sudah sampai batas waktu, sudah tidak dapat recovery lagi, itu pilihan untuk menutup," tandas dia. kbc10

Bagikan artikel ini: