Buffer stock jagung nasional, Bulog bakal sewa gudang

Kamis, 19 Januari 2017 | 15:42 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Perum Bulog siap menjalankan peran sebagai buffer stock (penyangga) jagung nasional sehubungan prognosa  Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, produksi jagung triwulan I 2017 akan mencapai 12-15 juta ton. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan akan membeli komoditas serelia sesuai kriteria jagung simpanan.

“Kita akan berkoordinasi dengan para pelaku usaha pakan ternak. Kita akan beli jagung sebagai cadangan nasional sebagai kebutuhan pakan ternak .Ada yang kita simpan sebagai buffer stock. Akan kita lepas apabila terjadi gejolak harga di pasar,” ujar Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh kepada kabarbisnis.com di Jakarta, Kamis (19/1/2016).

Kendati begitu, Bulog juga dapat melepas jagung petani tersebut apabila suatu waktu perusahaan pakan atau peternak unggas membutuhkan. Mengenai  spesifikasi gudang hanya untuk beras,menurut Tri , Bulog akan menyewa gudang milik swasta atau BUMN yang memiliki fasilitas menyimpan jagung ,selain juga menggunakan asset Bulog di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sebagai solusi jangka pendek, hal ini sudah dijalankan Bulog dalam penugasan importasi daging sapi dan kerbau.

Tri Wayudi menambahkan Bulog sudah menangani jagung impor ex produsen pakan sejak 2016 lalu.Kala itu, Bulog menyewa gudang swasta yang memiliki fasilitas memadai untuk menyimpan jagung di tiga provinsi yakni Banten, Jawa Timur dan Sumatera Utara“Kita simpan jagung curah.Kapasitas gudang cukup besar 25.000-30.000 ton,” terang Tri.

Tri  mengatakan sepertihalnya beras, Bulog membutuhkan jagung siap simpan sehingga langsung dapat dibutuhkan konsumen.Artinya, jagung tersebut harus memiliki kadar air terendah yakni 15-20%. Merujuk Permendag No 21 Tahun 2016, harga jagung dengan kadar air 15% dihargai Rp 3.150 per kg, sementara kadar air 20% sebesar Rp 3.050/kg.

Adapun dalam jangka panjang, sambung Tri, Bulog sudah memiliki peta jalan membangun infrastruktur paska panen komoditas jagung. Bukan  hanya pergudangan,namun juga dryer dan silo .”Kita sedang petakan,” kata Tri.

Nantinya pembangunan infrastruktur paska panen tersebut akan berdekatan dengan sentra produksi komoditi. Provinsi seperti Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara tengah menjadi pilihan karena memiliki keunggulan geografis seperti peluang sehingga jagung tersebut dapat diekspor.

Prediksi produksi jagung triwulan I 2017 akan mencapai  12-15 juta ton. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menghitung kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak tahun 2017 ini sebesar 700.000 ton atau setara 8,4 juta ton. Sementara kebutuhan pakan peternak mandiri sebesar 300.000 ton atau setara 3,6 juta ton.

Artinya, surplus produksi jagung kurang lebih 3 juta ton itu harus siap diserap Bulog sehingga limpahan panen tersebut tidak merusak harga jagung di tingkat petani. Atas hal ini, Tri beranggapan tidak semua limpahan produksi jagung petani harus dibeli Bulog. Masih ada swasta dan industri di luar pakan ternak  yang membutuhkan jagung. ”Tapi kita sepakat harus kerjasama agar hasil panen tetap dinikmati petani sekaligus tidak memberatkan konsumen,” pungkasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: