Ini strategi Kementan dorong pengembangan ikon sapi nasional

Selasa, 17 Januari 2017 | 18:49 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Sapi Bali merupakan salah satu plasma nutfah atau Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan sudah menjadi ikon sapi nasional. Sapi Bali sebagai rumpun ternak asli Indonesia telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 325/kpts/OT.140/1/2010 dan telah terdaftar di DAD-IS FAO.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (17/1/1017) menyatakan, sapi Bali menjadi tumpuan harapan di masa mendatang.  Sapi Bali merupakan  ternak asli Indonesia  yang cepat beradaptasi, mudah dikembangbiakkan (memiliki kemampuan produksi dan reproduksi yang sangat baik), dan mempunyai kualitas daging yang baik.

Daging sapi Bali mempunyai beberapa kelebihan antara lain memiliki keadaan perlemakan (marbling) warna dan keempukan yang baik. Sapi Bali dengan pola pemeliharaan secara ekstensif  dan sepenuhnya mengandalkan pakan hijauan tanpa ada konsentrat dan treatmen hormonal merupakan suatu nilai tambah dan dapat masuk dalam kategori daging sapi organik. Bila dianalogikan seperti daging ayam kampung dibanding dengan ayam ras.

Ketut mengatakan pihaknya memiliki sejumlah strategi pengembangan sapi Bali seperti pelestarian sapi Bali di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali di Pulukan Provinsi Bali. Sarana ini merupakan unit pelayanan teknis sebagai penghasil bibit sapi Bali yang berkualitas.BPTU Sapi Bali produknya telah tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Benih dan Bibit ternak yang terakreditasi.

Kedua pemurnian sapi Bali melalui penguatan pembibitan di Pulau Nusa Penida sejak 2013 lalu. Kegiatan pemurnian sapi Bali ini didampingi pakar pemuliaan, dan saat ini sudah lebih nyata terjadi peningkatan mutu genetik yang terlihat dari performans sapi Bali tersebut yakni bibit yang dihasilkan rata-rata telah memenuhi SNI yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) yang dikeluarkan dari Dinas Peternakan Kabupaten Klungkung.

Selain pelaksanaan pemurnian sapi Bali di Nusa Penida juga telah dilakukan  penguatan pembibitan di sentra – sentra pembibitan lainnya yaitu di Kabupaten Badung dan Buleleng. Strategi ketiga, yakni pewilayajan sumber bibit sapi Bali- sampai saat ini Menteri Pertanian sudah menetapkan empat wilayah sumber bibit sapi Bali, yaitu Kabupaten Barru, Kabupaten Kelungkung, Kabupaten Barito Koala dan Kabupaten Konawe Selatan.

Tujuan adanya pewilayahan sumber bibit antara lain untuk membentuk wilayah/daerah pemurnian ternak asli/lokal Indonesia, sehingga ternak asli/lokal Indonesia dapat lestari, mewujudkan dan menjamin ketersediaan bibit ternak baik secara jumlah maupun mutu. Saat ini Kabupaten Buleleng masih dalam proses verifikasi untuk di tetapkan menjadi  Wilayah Sumber Bibit,  yang selanjutnya  akan ditetapkam sebagai wilayah Sumber Bibit melalui Keputusan Menteri Pertanian.

Adapun, strategi selanjutnya dengan memperbaiki kualitas sapi Bali dengan bekerjasama dengan Pemprov Bali dengan Pusat Kajian Sapi Bali Universitas Udayana.Tujuan kajian ini adalah untuk memperbaiki nutrisi dan breeding maka akan diharapkan akan dihasilkan kualitas daging sapi yang lebih baik (marbling  sempurna.Dengan begitu peternak akan memperoleh peningkatan nilai jual seperti halnya sapi wagyu (daging sapi termahal di dunia).

Berbagai penelitian menyatakan daging sapi Bali memiliki potensi yang besar untuk dapat dikembangkan menjadi premium meat produksi daging lokal Indonesia. Untuk menghasilkan premium meat tersebut tentunya diperlukan perlakuan khusus selayaknya dilakukan kepada sapi-sapi rumpun lainnya yang diperuntukkan untuk menghasilkan premium meat.

Produk daging ini sebagai jawaban atas pemenuhan kebutuhan wisatawan asing yang dalam tahun 2017 di targetkan sebanyak 4,2 juta orang atau memerlukan sapi siap potong sebanyak 11.000 ekor. "Jika daging Bali Beef  pemotongannya dipilah sesuai dengan pembagian jenis potongan daging, maka prime cut daging sapi Bali dapat mengisi pasar untuk Horeka (Hotel, Restoran dan Katering ) yang khusus untuk dikonsumsi masyarakat menengah ke atas." pungkasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: