Rasio pembiayaan bermasalah multifinance menurun jadi 2%

Selasa, 16 Agustus 2016 | 21:37 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Rasio pembiayaan bermasalah atau nonperforming finance (NPF) industri pembiayaan (multifinance) landai ke level 2 persen pada paruh pertama tahun ini. Apabila dibandingkan dengan bulan lalu, penurunannya mencapai 23 basis poin (bps) atau melorot 75 bps ketimbang semester I 2015 lalu.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia, Suwandi Wiratno Siahaan mengungkapkan, penurunan NPF seiring dengan tumbuhnya penyaluran pembiayaan, meskipun kurang dari satu persen. Yakni, dari Rp369,89 triliun pada Juni 2015 menjadi sebesar Rp372,89 triliun pada periode yang sama tahun ini.

"Pembiayaan, terutama di segmen pembiayaan konsumen terdongkrak perayaan Idul Fitri. Sehingga, faktor pembaginya untuk NPF Juni lalu menjadi lebih longgar," ujarnya, Senin (15/8/2016).

Suwandi memperkirakan, apabila total pembiayaan meningkat sampai akhir tahun nanti, rasio pembiayaan macet akan menyusut. Namun, ia pesimis, bisnis pembiayaan akan cerah. "Untuk tumbuh satu persen saja, berat banget. Perkiraan saya, NPF akan berkisar 2-2,5 persen," terang dia.

Kenaikan NPF industri multifinance sejalan dengan kondisi di lapangan. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, misalnya mencatatkan peningkatan NPF sebanyak 10 bps menjadi 1,89 persen pada Juni 2016. Namun begitu, anak usaha PT Bank Danamon Indonesia Tbk tersebut berjanji bakal menjaga level NPF di kisaran 1,7 persen.

"NPF naik, namun cost recovery kami juga naik hingga Rp100 miliar. Kami menyadari, segmen nasabah kami sangat terpengaruh dengan makro ekonomi. Kami mencoba end to end mengelola pembiayaan bermasalah. Strategi kami, menyeimbangkan pertumbuhan aset dengan kualitas pembiayaan yang baik," kata I Dewa Made Susila, Direktur Adira Finance.

Makanya, meski NPF naik, Adira Finance masih mampu membukukan pertumbuhan laba hingga 199,4 persen, yaitu dari Rp198 miliar pada semester I 2015 lalu menjadi sebesar Rp593 miliar pada periode yang sama tahun ini.

"Laba kami naik karena biaya dana kami turun, sehingga net margin meningkat. Kami juga lebih selektif dalam harga. Selain itu, kami melakukan efisiensi biaya operasional. Terus, cost recovery tadi kami naikkan sejak tahun lalu," imbuh Made.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan laba industri multifinance yang tercatat turun tipis 3,78 persen menjadi hanya Rp5,44 triliun. Pun demikian, penurunan laba tersebut masih lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 7,7 persen. kbc10

Bagikan artikel ini: