Pebisnis mal berharap kecipratan dana tax amnesty

Jum'at, 22 Juli 2016 | 15:38 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Kalangan pelaku usaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyambut baik kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) oleh pemerintah. Alasannya, jika tax amnesty ini berjalan baik, maka dana repatriasi dapat mendorong pertumbuhan mal.

"Program tax amnesty pasti ada pengaruhnya. Kalau ini berjalan baik, juga akan menyukseskan pusat-pusat perbelanjaan. Uang dimasukan dan mal akan berkembang," kata Sekjen DPP APPBI Alphonzus Widjaja usai acara Musyawarah Daerah (Musda) DPD APPBI Jawa Timur di Surabaya, Kamis (21/7/2016).

Alphonzus bilang, dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, pengelola mall masih menunggu situasi perekonomian. Katanya, melemahkan ekonomi karena beberapa faktor seperti melemahnya nilai tukar rupiah, juga melemahkan ekonomi di beberapa negara seperti di eropa.

"Dalam 2-3 tahun ini, pertumbuhan mal masih dipending. Mereka masih wait and see," ujarnya.

"Namun dengan adanya tax amnesty ini, akan mendorong pertumbuhan mal. Pertumbuhan retailer, karena uang masuk dan beredar, sehingga mal juga ikut tumbuh," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, APPBI mengajak masyarakat Indonesia lebih suka membelanjakan dananya di mal di dalam negeri dari pada belanja di luar negeri. Sehingga pertumbuhan mal juga ikut meningkat.

"Kami bukan menilai belanjanya, tapi efek dominonya. Pertumbuhan retailer tinggi, lapangan pekerjaan meluas dan banyak efek domino lainnya," tandasnya.

Hingga saat ini ada sekitar 276 pusat perbelanjaan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sedangkan mal atau pusat perbelanjaan yang belum terdaftar sebagai anggota APPBI ada sekitar 50 persen dari jumlah tersebut.

Tak khawatir e-commerce

Sementara itu terkait maraknya jual beli online alias e-commerce yang marak dalam dua tahun terakhir, APPBI mengaku tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dia bahkan akan menjadikannya sebagai sebuah tantangan dan menjadikan kelebihan mall sebagai destinasi wisata belanja.

"Kalau kita bicara e-commerce, memang luar biasa perkembangannya. Tapi kita tidak perlu khawatir. Justru saya suka ancaman, karena kita menjadikan waspada dan berpikir kreatif," kata Alphonzus.

Ia mengaku tidak khawatir mal atau pusat belanja akan tergerus dengan sistem penjualan online. Alasannya, ada perbedaan yang tidak didapatkan belanja dengan menggunakan e-commerce.

"Life style experience nggak bisa dibeli sama online. Kalau membeli di pusat belanja, mal, bisa bersama-sama keluarga, bisa berjalan-jalan sambil belanja," tuturnya.

"Memang penetrasi penjualan online semakin kuat. Makanya fungsi mal jangan hanya sebagai pusat perbelanjaan, tapi bisa kreatif dan menyediakan experience. Kalau mal nggak bisa menyediakan, nanti bisa terlibas," jelasnya. kbc7

Bagikan artikel ini: