Universitas Ciputra berminat garap wisata batik di Banyuwangi

Senin, 13 Juni 2016 | 04:22 WIB ET
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam sebuah acara
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam sebuah acara

BANYUWANGI, kabarbisnis.com: Tim Universitas Ciputra (UC) Surabaya bertemu dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas guna membicarakan pengembangan kampung wisata batik di kabupaten paling timur Pulau Jawa Itu.

     

"Ini murni inisiatif Universitas Ciputra setelah melihat berbagai peluang dan tantangan batik di Indonesia. Misalnya, masih banyak perajin batik di Indonesia yang menggunakan bahan kimia, bukan pewarna alam," ujar dosen Universitas Ciputra Juliuska Sahertian saaat bertemu bupati di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu.

     

Juliuska hadir ke Banyuwangi bersama dengan Kepala Laboratorium Jurusan Fashion Fabio Ricardo Toreh.

"Nantinya, Kampung wisata batik ini akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, dan pemasaran batik," katanya.

Menurut Juliuska, kampung tersebut nantinya akan menjadi etalase semua jenis batik ramah lingkungan yang ada di Indonesia, lengkap dengan ceritanya.

      

Ia menambahkan, Banyuwangi dipilih lantaran mempunyai perkembangan batik yang signifikan. Industri kreatif berbasis fashion ini di Banyuwangi dipadukan dengan pengembangan pariwisata. 

Banyuwangi juga dinilai cocok karena mempunyai infrastruktur transportasi yang lengkap, mulai dari darat, laut, maupun udara serta dekat dengan Bali sebagai jantung utama pariwisata Indonesia.

      

"Kampung wisata batik ini bagian dari Program Wisata Inti Rakyat (PIR) yang kami desain untuk menghidupkan pariwisata perdesaan," ujarnya seperti dikutip Antara.

     

Karena dibangun di Banyuwangi, lanjut dia, kawasan itu nantinya mengambil lansekap salah satu motif batik setempat. Di dalamnya juga dilengkapi 13 rumah tradisional dari berbagai provinsi di Indonesia yang merupakan penghasil batik. 

Selain itu, ada fasilitas penunjang seperti cottages (mini hotel), food and beverage stalls, taman bunga, kolam ikan, wahana  permainan alam, jalur berkuda, dan sebagainya.

     

"Tahun pertama kami buat studi kelayakan. Tahapannya, lima bulan ke depan kami cari gambaran untuk kampung wisata batik, lalu persiapan lahan selama tujuh bulan,” ujarnya.

     

Tahapan berikutnya adalah perencanaan bisnis pembangunan kampung wisata batik. Ciputra akan menurunkan tim, baik yang mengajarkan pembuatan batik ramah lingkungan maupun mengedukasi bagaimana mendesain skema fashion batiknya ke perajin lokal. 

     

"Setelah siap, lalu dimulai pembangunan kampung wisata tersebut," katanya.

     

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas merespons positif gagasan tersebut. Adanya kampung wisata ini bisa mendorong tumbuhnya industri batik dan kreativitas pebatik lokal diyakini akan tumbuh, mulai dari pengembangan motif hingga desain fashion.

     

"Didukung Pemprov Jatim, tahun ini mulai dirintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan batik di Banyuwangi. Lalu Oktober mendatang, Kementerian Perindustrian mengumpulkan pewarna alam se-Indonesia untuk ditampilkan di Banyuwangi. Sekarang para perajin batik giat berproduksi karena laris seiring banyaknya wisatawan," kata Anas.

     

Bupati Anas menegaskan, pengembangan industri batik di tempatnya ke depan bakal tetap menempatkan UMKM lokal sebagai pilar utama. 

     

"Saya sudah sampaikan, keberadaan kampung wisata batik harus dengan pendekatan lapangan pekerjaan dan transfer pengetahuan ke UMKM lokal," ujarnya. kbc9

Bagikan artikel ini: