Alhamdulillah, neraca perdagangan Indonesia masih bisa surplus

Selasa, 15 Maret 2016 | 14:30 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2016 mengalami surplus US$ 1,14 miliar. Total ekspor mencapai US$ 11,3 miliar, sedangkan nilai impor hanya US$ 10,16 miliar.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, surplus tersebut tercatat adalah surplus Februari tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pada 2012 tercatat surplus US$ 828,6 juta, 2013 defisit US$ 297,7 juta, 2014 surplus US$ 843,4 juta, dan 2015 surplus US$ 662,7 juta.

Nilai ekspor Indonesia pada Februari 2016 mencapai US$11,3 miliar atau meningkat 7,8 persen dibanding ekspor Januari 2016. Sementara dibanding Februari 2015, menurun 7,18 persen.

Ekspor nonmigas Februari 2016 mencapai US$10,19 miliar, naik 8,67 persen dibanding Januari 2016, sementara dibanding Februari 2015 turun 2,25 persen.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Februari 2015 mencapai US$ 21,78 miliar, menurun 14,32 persen dibanding periode yang sama tahun 2015, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 19,56 miliar atau menurun 9,89 persen.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Februari 2016 terhadap Januari 2016 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$ 593,7 juta (153,80 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$ 48,7 juta (4,44 persen).

Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat Februari 2016 mencapai angka terbesar, yaitu US$ 1,15 miliar, disusul Jepang US$ 1,11 miliar, dan Tiongkok US$ 0,95 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 31,42 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 1,11 miliar.

Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan selama Januari-Februari 2016 juga turun 7,69 persen dibanding periode yang sama tahun 2015, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 21,12 persen. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor hasil pertanian yang turun 14,80 persen.

Ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Februari 2016 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 3,95 miliar (18,13 persen), diikuti Jawa Timur US$ 3,10 miliar (14,25 persen), dan Kalimantan Timur US$ 2,21 miliar (10,13 persen).

Adapun nilai impor Indonesia pada Februari 2016 mencapai US$ 10,16 miliar atau turun 2,91 persen bila dibandingkan Januari 2016. Bila dibanding Februari 2015, juga turun 11,71 persen.

Impor nonmigas Februari 2016 mencapai US$ 9,05 miliar atau turun 2,13 persen jika dibandingkan Januari 2016, demikian pula dibandingkan Februari 2015, turun 7,58 persen.

Impor migas Februari 2016 mencapai US$ 1,11 miliar atau turun 8,79 persen jika dibandingkan Januari 2016, demikian pula dibandingkan Februari 2015, turun 35,21 persen.

Secara kumulatif nilai impor Januari–Februari 2016 mencapai US$ 20,63 miliar atau turun 14,48 persen dibanding periode yang sama tahun 2015. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas US$ 2,34 miliar (turun 39,09 persen) dan nonmigas US$18,29 miliar (turun 9,83 persen).

BPS mencatat peningkatan impor nonmigas terbesar Februari 2016 adalah golongan kendaraan dan bagiannya sebesar US$ 129,2 juta (35,35 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan peralatan mekanik sebesar US$ 187,1 miliar (10,41 persen).

Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar pada Januari–Februari 2016 adalah Tiongkok dengan nilai US$ 4,87 miliar (26,65 persen), Jepang US$ 1,92 miliar (10,50 persen), dan Thailand US$ 1,48 miliar (8,11 persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 22,22 persen, sementara dari Uni Eropa 9,68 persen.

Nilai impor golongan bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari–Februari 2016 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 19,18 persen dan 12,62 persen. Sebaliknya impor golongan barang konsumsi meningkat 34,38 persen. kbc9

Bagikan artikel ini: