Kontroversi Blok Masela, Jokowi belum ambil keputusan

Selasa, 23 Februari 2016 | 14:10 WIB ET
(Ilustrasi/istimewa)
(Ilustrasi/istimewa)

JAKARTA, kabarbisnis.com: Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi, Johan Budi, menegaskan, sampai saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum mengambil keputusan apapun terkait metode pembangunan Blok Masela apakah off shore atau on shore.

"Presiden masih mengkaji seluruh aspek proyek Masela. Mengingat besaranya skala dan kompleksitas proyek gas blok Masela, keputusan harus dibuat dengan sangat berhati-hati," kata Johan Budi, Selasa (23/2).

Pernyataan itu disampaikan Johan Budi menanggapi adanya pemberitaan di sejumlah media massa, Senin (22/2),  bahwa pemerintah Indonesia akan mengembangkan lapangan abadi blok Masela dengan skenario pembangunan kilang LNG di darat (on shore), dengan pertimbangan pemerintah sangat memperhatikan multiplier effects serta percepatan pembangunan ekonomi Maluku khususnya, dan Indonesia Timur pada umumnya.

Johan Budi menegaskan, dalam kasus pengelolaan Blok Masela itu, Presiden Jokowi mempertimbangkan banyak aspek, tidak hanya aspek komersial dan teknis, tetapi juga aspek sosial, kultur, ekonomi, sampai dengan pengembangan kawasaan setempat.

“Pada saat ini, Presiden sudah mendengar berbagai masukan.  Dan sudah memahami argumen argumen dari berbagai pihak, baik yang berpendapat membangun kilang di laut maupun membangun kilang di darat,” terang Johan.

Menurut Johan Budi, perhatian utama Presiden adalah bagaimana masyarakat Maluku Selatan dan Maluku keseluruhan menperoleh manfaat secara maksimal, dari keberadaan proyek gas Masela tersebut. “Tetapi tentu juga memberi manfaat yg maksimal bagi negara,” ujarnya.

Kajian Kemenko Maritim

Berdasarkan kajian Kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) bidang Maritim dan Sumber Daya, biaya pembagunan kilang darat (onshore) sekitar 16 miliar dollar AS. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut (offshore), biayanya mencapai 22 miliar dollar AS. Dengan demikian, kilang di darat  6 miliar dollar AS lebih murah dibandingkan dengan kilang di laut.

Namun prakiraan angka dari Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya itu sangat berbeda dengan perkiraan biaya dari Inpex dan Shell, yang akan mengembangkan proyek gas Blok Masela. Mereka memperkirakan, pembangunan kilang offshore hanya 14,8 miliar dollar AS. Sedangkan pembangunan kilang di darat, mencapai 19,3 miliar dollar AS.

Dalam kaitan ini, Pemerintah Indonesia bersikap hati-hati. Pemerintah juga belajar dari pengalaman pembangunan kilang ofshore di Prelude, Australia, yang mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya cukup besar. Prelude telah menghabiskan biaya 12,6 miliar dollar AS. Padahal kapasitasnya hanya 3,6 juta ton/tahun, 48% dari Kapasitas Masela (7,5 juta ton/tahun). kbc9

Bagikan artikel ini: