Konflik Iran-Israel, Harga Minyak Bakal Memanas?

Senin, 15 April 2024 | 08:39 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Meningkatnya konflik antara Iran dan Israel memaksa para pedagang minyak untuk mengevaluasi kembali premi risiko geopolitik ketika pasokan dan permintaan yang ketat telah mendorong harga di atas US$90 per barel.

Serangan Iran terhadap Israel menandai peningkatan permusuhan yang membawa kedua negara ke dalam konflik langsung. Iran mengatakan serangan itu sebagai balasan atas pemboman kantor konsulatnya di Suriah.

Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel sebagai balasan atas dugaan serangan Israel terhadap konsulatnya di Suriah pada tanggal 1 April 2024. Serangan langsung pertama di wilayah Israel ini memicu kekhawatiran akan konflik regional yang lebih meluas.

Direktur Pelaksana Timur Tengah di konsultan FGE, Iman Nasser mengatakan, harga minyak yang sudah mencakup premi risiko sekitar US$ 10 per barel, siap untuk naik. "Harga bisa bertambah US$2 hingga US$5 per barel karena kekhawatiran pembalasan Israel atau campur tangan Iran dalam pelayaran di sekitar Teluk Persia," katanya dikutip Bloomberg, Senin (15/4/2024).

Risiko serangan langsung Iran terhadap Israel sudah diperhitungkan sebelumnya mengingat harga minyak mentah Brent, naik 17% sepanjang tahun ini, melampaui US$ 90 per barel setelah serangan terhadap kedutaan Iran.

Namun, setelah Iran memberikan tanggapan, para pedagang akan meningkatkan fokus pada konflik di Selat Hormuz, yang merupakan titik penghubung utama bagi seperlima minyak dunia. Ketegangan atas gangguan di sana dapat menambah premi risiko minyak jika terjadi serangan terhadap kapal tanker.

Pasukan Iran pada Sabtu (13/4/2024), menyita kapal kontainer di dekat Selat Hormuz karena terkait Israel. Salah satu sekutu Iran di kawasan ini, kelompok Houthi Yaman, telah menyebabkan kekacauan di industri pelayaran dengan menyerang kapal-kapal di Laut Merah. 

Timur Tengah yang bergejolak menambah premi risiko pada pasar dengan permintaan kuat menyusul kebijakan produksi OPEC+ mengurangi stok global sehingga mendorong harga lebih tinggi.

Sementara itu para analis memperkirakan harga minyak akan mengalami kenaikan pada Senin (15/4/2024) setelah serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam. Namun, apakah kenaikan tersebut akan berlanjut, hal ini sangat bergantung pada respons Israel dan barat.

Kekhawatiran akan respons Iran terhadap serangan di kompleks kedutaan besarnya di Damaskus telah mendorong harga minyak mentah Brent mencapai US$92,18 per barel pada Jumat (12/4/2024), tertinggi sejak Oktober 2023.

"Masuk akal jika mengharapkan harga menguat ketika perdagangan dilanjutkan. Namun, sejauh ini tidak ada dampak terhadap produksi dan Iran mengatakan bahwa masalah ini dapat dianggap selesai," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM, dilansir dari Reuters.

"Harga minyak mungkin melonjak pada pembukaan perdagangan Senin karena ini adalah pertama kalinya Iran menyerang Israel dari wilayahnya," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

"Berapa lama ini (kenaikan harga) akan bertahan, tergantung pada respons Israel," imbuh Staunovo.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah dampak terhadap pelayaran melalui Selat Hormuz, yang dilalui oleh sekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia setiap harinya.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut, serangan Iran ke Israel dipastikan akan meningkatkan eskalasi geopolitik di kawasan Timur Tengah. Sebagai dampaknya, harga minyak dunia dan emas akan meningkat, diikuti dengan penurunan nilai tukar rupiah.

"Dampak dari tensi gepolitik yang tinggi di Timur Tengah akan membuat harga emas meluncur tinggi hingga US$ 2.500 per troy ounce," kata Ibrahim.

Untuk harga minyak dunia juga akan meningkat karena adanya kekhawatiran terjadi perang terbuka yang bisa melibatkan negara-negara produsen minyak, sehingga akhirnya mengganggu produksi dan distribusi minyak.

"Ini yang membuat harga minyak mentah akan 'mendidih' dan kemungkinan menyentuh level US$100 per barrel pada 2024," kata Ibrahim. kbc10

Bagikan artikel ini: